Muktamar PPP, Panggung Tokoh Lama

Minggu, 03 Juli 2011

Jakarta: Muktamar Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 3-6 Juli di Bandung menjadi sinyal bagi tokoh lama untuk memimpin kembali. Namun PPP harus memperbaiki diri dengan manajemen politik yang modern, rekrutmen dan sumber daya manusia yang handal.

Para analis politik melihat Suryadharma Ali (SDA) sudah menyadari bahwa Pemilu 2014 adalah penentu bagi hidup mati PPP. Jika PPP secara nasional tidak mencapai PT (Parliamentary Threshold) berarti ada potensi partainya menciut.

Para tokoh dan kader PPP tentu ingin menjadi partai besar. Sehingga agar PPP maju dan berkembang, tidak ada jalan kecuali membangun sumber daya manusia yang handal dan memperbarui manajemen partai untuk kemajuan ke depan.

”PPP tidak akan musnah seperti kayu yang dibakar jadi abu. PPP bisa maju jika SDA atau pesaingnya yang memimpin PPP nanti, mampu melakukan pembaruan dalam parpol Islam itu. Tampaknya peluang SDA memimpin kembali PPP tetap terbuka,” kata pengamat politik lulusan UI Darmawan Sinayangsah.

Para analis menilai, kepemimpinan Suryadharma Ali masih terbuka, apalagi para pesaingnya seperti Ahmad Muqowam, Ahmad Yani dan Muchdi PR masih berbeda kubu, atau terpecah sehingga peluang SDA memimpin kembali tetap tinggi.

Agar PPP tidak mentok, tak stagnan, maka pembaruan manajemen dan rekrutmen kader menjadi kunci ke depan. Untuk mencapai di atas batas aman tidak cukup hanya diramaikan dengan bursa kandidat sebagaimana terjadi saat ini, sementara persoalan mendasar penyebab keterpurukan partai yang sudah berusia 38 tahun tidak banyak mewacana di kalangan elite dan kader PPP sendiri.

Kubu pemenang harus memperbarui visi-misi dan agenda PPP yang ada selama ini. Untuk mencegah agar PPP tidak kehilangan elan vital dan tak kehilangan pamor, maka partai PPP bisa merekrut kaum muda dalam jajaran politiknya. Dibutuhkan tokoh yang matang dan pengalaman panjang di politik dan birokrasi untuk membawa PPP menuju persaingan yang kian ketat di 2014 mendatang.

Pengurus partai ini ini ke depan harus bisa menggerakkan kembali pamor PPP sebagai partai Islam, dan membangun kembali ketertinggalan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam berpacu di pentas politik nasional. Caranya?

”Pembaruan manajemen, rekrutmen kader dan penguatan sumber daya ekonomi-politik harus dikembangkan secara masif, baik dari kader NU maupun Muhammadiyah dan ormas Islam lainnya,” tambah pengamat politik Abas Jauhari MA, pengajar Sosiologi UIN Jakarta.

Melihat peta dukungan, maka SDA tetap berpeluang menang, bersaing menghadapi Ahmad Yani, Ahmad Muqowam dan Muchdi PR. SDA telah menggalang dukungan kawasan NU dan muslim modernis, dengan klaim mayoritas mutlak memilihnya, dan itu harus dibuktikan di medan laga muktamar tentutnya. Semua itu harus dijalani sebab kontestasi dalam demokrasi merupakan suatu keharusan. Selamat bermuktamar PPP.

Artikel Terkait:

SPORT