"Kalau ngomong jangan asal ngablak, kasihan orang-orang yang memiliki inisial A. Mereka merasa tersudutkan. Kalau tak terbukti, Demokrat harus minta maaf," tegas vokalis Golkar yang kerap disapa Bamsat ini, Jumat (03/06/2011).
Ramadhan Pohan menyebut ada kekuatan politik yang ingin menghancurkan PD. "Kami sudah tahu dia berinisial A. Dia membujuk kader kita supaya mau merusak Partai Demokrat dari dalam. Tapi kader kami ini kokoh pendiriannya, jadi tidak berhasil dia. Tapi paling tidak kami sudah tahu siapa dia," kata Ramadhan Pohan di gedung DPR, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (1/6/2011).
Saat didesak siapa identitas asli A, Ramadhan Pohan tidak mau menyebutkan. "Saya tidak bisa sebutkan, tapi dia tokoh lama dalam dunia perpolitikan. Tapi baru kali ini dia berbuat seperti ini, dia tidak pernah menjelekkan SBY atau PD, tapi ternyata di belakang dia seperti itu," terang anggota Komisi I DPR itu.
Lontaran Pohan memunculkan spekulasi yang tidak terlalu sulit untuk menebaknya. Dalam perpolitikan di tanah air, tidak banyak politisi senior, apalagi yang punya hubungan dekat dengan Demokrat. Maka arahnya kemana lagi kalau tidak ke Partai Golkar.
Kebetulan di partai warisan Orde Baru itu banyak politisi senior dengan nama depan A. Diantaranya adalah ketua umum, Aburizal Bakrie, Akbar Tandjung, dan juga Agung Laksono. Ketiganya pernah terkenal dengan sebutan Trio Alpha pada saat menjelang Munas Golkar di Riau yang lalu. Mereka juga sama-sama punya hubungan dekat dengan Demokrat dan juga SBY.
Bila dipersempit lagi, dari ketiga alpha tersebut, yang paling potensial masuk dalam tebak-rebakan Pohan adalah Aburizal dan Akbar. Bila saja si A itu adalah Aburizal alias Ical, maka dia memang punya catatan panjang dendam terhadap Demokrat. Pasalnya, sudah beberapa kali dia diobok-obok, mulai dari kasus Lapindo, penggelapan pajak, dan bahkan bisnisnya secara umum.
Begitu juga dengan Akbar Tandjung. Dia adalah politisi senior yang sempat sangat dekat dengan SBY dan juga Demokrat. Akbar juga mentor politik Anas Urbaningrum, karena kebetulan mereka sama-sama mantan ketua umum PB HMI.
Akbar juga sedang dikecewakan SBY. Jasanya yang cukup besar dalam membantu SBY pada Pilpres 2004 dan 2009 tidak menggerakkan hati Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu untuk mengucapkan terima kasih. Jangankan balas jasa berupa jabatan, sejak menjabat presiden, SBY pun sudah tak pernah lagi berkomunikasi langsung dengan Akbar.
Kini, Akbar duduk sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar. Dari faksi-faksi yang ada dalam partai itu, faksi Akbar disebut paling kuat. Dan belakangan, Akbar sendiri juga semakin aktif turun gunung, termasuk melontarkan pernyataan-pernyataan yang berseberangan dengan pemerintah.
Dengan fakta ini, maka wajar bila politisi Partai Golkar terusik dengan inisial A yang dilontarkan Pohan. Bahkan politisi Demokrat sendiri, khususnya kubu Anas Urbaningrum, juga gerah dengan ulah kubu Andi Mallarangeng ini. Ramadhan Pohan adalah Sekretaris Tim Sukses Andi Mallarangeng dalam kongres di Bandung yang lalu.
Sementara itu Bamsat menilai lontaran Pohan itu sebagai perilaku buruk yang tak semestinya dipertontonkan. "Partai Demokrat harus tegas terhadap kader yang melempar isu dan menuding ada tokoh berinisial 'A' tanpa fakta. Kalau dia punya fakta, kenapa tidak langsung saja tunjuk hidung dan laporkan ke pihak berwajib," Bambang menegaskan.
Jangan berkelit dan berkilah. Itu, menurut Bamsat, hanya pengalihan isu dan mencoba menciptakan kambing hitam dan menebar fitnah terhadap politisi yang kebetulan berinisial 'A'.
"Kita memahami mereka lagi panik. Tapi kalau sudah menuding-nuding, itu sudah tidak sehat. Bahkan ada kader PD menyebut tokoh itu bermodal besar. Apa urusannya?" ujarnya.
Sangat jelas sekali, kata Bambang lagi, yang kerap menuding masih hijau dalam berpolitik. Sebenarnya, sikap hijau dalam politik, tak perlu ditanggapi, karena sesuatu yang bodoh kalau menanggapi seseorang yang sedang panik.
"Politisi yang memiliki inisial A kan banyak. Biar saja mereka yang mensomasi karena merasa terganggu dan terfitnah. Bagi Golkar masalah yang mereka hadapi adalah urusan internal mereka, ribut antar mereka sendiri. Paling-paling kita hanya bisa berdoa semoga mereka segera menyelesaian internal problemnya," ujarnya.
"Sebagai org luar kita tentu tidak tahu masalah seperti yang ada dalam SMS tersebut. Yang paling tahu adalah orang dalam sendiri. Dan kita tidak tahu soal dana Rp 47 triliun. Kita tidak tahu soal Daniel Sparingga, kita juga tidak tahu soal kecurangan 80 juta suara pemilu legislatif dan pemilu presiden," Bambang menambahkan.
Apa yang terungkap itu, lanjutnya, muncul karena saling ancam dan saling buka diantara internal Partai Demokrat. Yang terbaik bagi Golkar adalah, menjadi penonton yg baik saja. "Waktu akan membuktikan, siapa yang bersalah dan siapa yg bersandiwara diantara mereka," demikian Bambang Soesatyo.
Berneda dengan Bamsat, Sekjen Partai Golkar, Idrus Marham, menanggapinya dingin. Ia mengaku bahwa partainya tidak merasa terkait dengan Mr A yang disebut Pohan. "Enggak lah. Justru ajaran Ketua Umum kami Pak Ical ketika teman bermasalah kita tidak meninggalkan apalagi ada niat seperti itu (menghancurkan)," ujar Sekjen Golkar, Idrus Marham, Jumat (3/6/2011).
Idrus menuturkan, sesuai pesan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie agar tak ada lagi intrik politik. Golkar pun tak akan melakukan intrik politik di tengah koalisi.
"Justru yang memprakarsai tidak adanya intrik politik pada perdebatan yang kontekstual itu kan Pak Ical," tutur Idrus.
Idrus berharap isu Mr A tak lagi dikembangkan. Karena isu tersebut bisa multitafsir dan mengakibatkan babak baru kisruh di internal koalisi.
"Menebar isu seperti itu sudah tidak zamannya lagi. Itu zamannya Gus Dur, jangan seperti itu kita kembangkan," tandasnya.