Jakarta: Setelah beberapa hari berada di Singapura, Tim Partai Demokrat pimpinan Sutan Batoegana akhirnya kembali ke tanah air. Meski tim resmi bentukan DPP ini belum berhasil membawa pulang Mantan Bendahara Umum, M Nazaruddin, namun keberangkatan mereka tidak sia-sia.
Tim beranggotakan tiga orang ini –Sutan Batoegana, Jafar Hafsah (Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR) dan Jhony Allen Marbun (Wakil Ketua Umum PD)—sudah berhasil menemui Nazar. Berbagai desas-desus yang beradar selama ini pun sudah diklarifikasi dengan baik.
Pertemuan memang tidak dilakukan di kediaman Nazar di negeri singa itu. "Beliau menemui kami disatu tempat. Kami saja tak tahu dimana beliau tinggal dan dengan siapa. Tapi kami senang, karena ada kepastian, beliau akan segera pulang bila sakit yang dideritanya sudah sembuh. Kita doakan saja," jelas Batoegana ketika dihubungi, Senin (06/06/2011).
Menurut Batoegana, keberadaan Nazar di Singapura memang bukan melarikan diri, melainkan benar-benar untuk berobat. "Dia sampai saat ini masih harus pulang balik ke rumah sakit di Singapura. Cuma, di mana beliau memeriksa kesehatannya, itu kami rahasiakan," katanya.
Ketua DPP Partai Demokrat ini bahkan mengaku prihatin begitu melihat kondisi Nazar saat ini. Kondisi fisiknya, jelas Batoegana, menurun drastis, sehingga berat badannya turun drastis hingga 18 kg.
Dari pengakuan Nazar, dirinya tengah menderita sakit jantung. Namun, menurut Batoegana, untuk keterangan dari dokternya sendiri belum bisa dikatakan persisnya sakit apa, karena hal itu merupakan privasi. Yang jelas, menurut dia, kalau sembuh Nazaruddin akan pulang. "Dia bilang ketika batuk menusuk-nusuk," katanya.
Sebagaimana diberitakan, Nazaruddin pergi ke Singapura pada Senin 23 Mei 2011 usai Dewan Kehormatan Partai Demokrat memecatnya sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat. Sedangkan surat cekal dari pemerintah diterbitkan pada Selasa 24 Mei 2011.
Kepergian Nazar ke Singapura ini sontak menimbulkan berbagai spekulasi dan tudingan. Banyak yang menganggap kepergian politisi muda berusia 33 tahun itu ke Singapura untuk melarikan diri dari sejumlah kasus yang melibatkannya, diantara skandal suap pembangunan wisma atlet di Palembang.
Bahkan sejak kepergian Nazar muncul berbagai kejadian menghebohkan, mulai dari beredarnya SMS gelap yang berisi berbagai ‘fitnah’ tentang para elit Demokrat, termasuk SBY, hingga munculnya berbagai pernyataan miring di media internet –melalui twitter dan media jejaring sosial lainnya-- yang juga mengatasnamakan Nazar.
Tak pelak Partai Demokrat dibuat kisruh akibat berbagai isu miring ini. Sampai-sampai Ketua Dewan Pembina, SBY, turun tangan langsung untuk mengomentarinya. Kondisi semakin kisruh ketika Wakil Sekjen, Ramadhan Pohan, melontar polemik tentang adanya Mr A yang ingin menghancurkan Demokrat. Ulah Pohan ini sempat memicu amarah sejumlah politisi, termasuk para politisi Partai Golkar.
Hingga kini, polemik soal Mr A ini pun belum mereda. Sedangkan Pohan sendiri masih ngotot bahwa Mr A memang ada, meskipun sampai detik ini tidak mau –atau mungkin malah tidak bisa—membuktikannya.
Kasus Nazaruddin memang seolah menjadi puncak kekisruhan di tubuh partai pemenang Pemilu 2009 itu. Mungkin karena itu, Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, memberi penjelasan langsung mengenai hasil kerja tim penjemput yang ditugasinya ke Singapura dalam jumpa pers di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Senin (6/6/2011.
Anas jelas berkepentingan dalam hal ini. Bukan hanya karena posisinya sebagai ketua umum, tetapi namanya juga sering dikai-kaitkan dengan Nazar. Kebetulan Nazar memang orang dekatnya. Malahan Anas juga dikabarkan sempat mendirikan perusahaan bersama Nazar, meskipun mantan Ketua PB HMI itu mengaku sudah keluar dari perusahaan itu sejak beberapa tahun lalu.
Yang jelas, Anas memang menjadi pihak yang sangat terpukul akibat kasus Nazar ini. Banyak pihak memanfaatkan momentum ini untuk 'menghabisinya'. Karena itu, kemampuan Anas dalam mengatasi kasua Nazar menjadi pertaruhan akan masa depan karirnya di bidang politik yang semula terang benderang.
Hasil yang diperoleh tim penjemput kali ini memang bisa bisa membantu apa-apa. Tetapi setidaknya, kesediaan Nazar menemui tim resmi DPP itu menjadi modal awal bagi Anas untuk menata kembali barisannya yang belakangan ini dihantam dari dalam partai maupun luar partai.
Tim beranggotakan tiga orang ini –Sutan Batoegana, Jafar Hafsah (Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR) dan Jhony Allen Marbun (Wakil Ketua Umum PD)—sudah berhasil menemui Nazar. Berbagai desas-desus yang beradar selama ini pun sudah diklarifikasi dengan baik.
Pertemuan memang tidak dilakukan di kediaman Nazar di negeri singa itu. "Beliau menemui kami disatu tempat. Kami saja tak tahu dimana beliau tinggal dan dengan siapa. Tapi kami senang, karena ada kepastian, beliau akan segera pulang bila sakit yang dideritanya sudah sembuh. Kita doakan saja," jelas Batoegana ketika dihubungi, Senin (06/06/2011).
Menurut Batoegana, keberadaan Nazar di Singapura memang bukan melarikan diri, melainkan benar-benar untuk berobat. "Dia sampai saat ini masih harus pulang balik ke rumah sakit di Singapura. Cuma, di mana beliau memeriksa kesehatannya, itu kami rahasiakan," katanya.
Ketua DPP Partai Demokrat ini bahkan mengaku prihatin begitu melihat kondisi Nazar saat ini. Kondisi fisiknya, jelas Batoegana, menurun drastis, sehingga berat badannya turun drastis hingga 18 kg.
Dari pengakuan Nazar, dirinya tengah menderita sakit jantung. Namun, menurut Batoegana, untuk keterangan dari dokternya sendiri belum bisa dikatakan persisnya sakit apa, karena hal itu merupakan privasi. Yang jelas, menurut dia, kalau sembuh Nazaruddin akan pulang. "Dia bilang ketika batuk menusuk-nusuk," katanya.
Sebagaimana diberitakan, Nazaruddin pergi ke Singapura pada Senin 23 Mei 2011 usai Dewan Kehormatan Partai Demokrat memecatnya sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat. Sedangkan surat cekal dari pemerintah diterbitkan pada Selasa 24 Mei 2011.
Kepergian Nazar ke Singapura ini sontak menimbulkan berbagai spekulasi dan tudingan. Banyak yang menganggap kepergian politisi muda berusia 33 tahun itu ke Singapura untuk melarikan diri dari sejumlah kasus yang melibatkannya, diantara skandal suap pembangunan wisma atlet di Palembang.
Bahkan sejak kepergian Nazar muncul berbagai kejadian menghebohkan, mulai dari beredarnya SMS gelap yang berisi berbagai ‘fitnah’ tentang para elit Demokrat, termasuk SBY, hingga munculnya berbagai pernyataan miring di media internet –melalui twitter dan media jejaring sosial lainnya-- yang juga mengatasnamakan Nazar.
Tak pelak Partai Demokrat dibuat kisruh akibat berbagai isu miring ini. Sampai-sampai Ketua Dewan Pembina, SBY, turun tangan langsung untuk mengomentarinya. Kondisi semakin kisruh ketika Wakil Sekjen, Ramadhan Pohan, melontar polemik tentang adanya Mr A yang ingin menghancurkan Demokrat. Ulah Pohan ini sempat memicu amarah sejumlah politisi, termasuk para politisi Partai Golkar.
Hingga kini, polemik soal Mr A ini pun belum mereda. Sedangkan Pohan sendiri masih ngotot bahwa Mr A memang ada, meskipun sampai detik ini tidak mau –atau mungkin malah tidak bisa—membuktikannya.
Kasus Nazaruddin memang seolah menjadi puncak kekisruhan di tubuh partai pemenang Pemilu 2009 itu. Mungkin karena itu, Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, memberi penjelasan langsung mengenai hasil kerja tim penjemput yang ditugasinya ke Singapura dalam jumpa pers di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Senin (6/6/2011.
Anas jelas berkepentingan dalam hal ini. Bukan hanya karena posisinya sebagai ketua umum, tetapi namanya juga sering dikai-kaitkan dengan Nazar. Kebetulan Nazar memang orang dekatnya. Malahan Anas juga dikabarkan sempat mendirikan perusahaan bersama Nazar, meskipun mantan Ketua PB HMI itu mengaku sudah keluar dari perusahaan itu sejak beberapa tahun lalu.
Yang jelas, Anas memang menjadi pihak yang sangat terpukul akibat kasus Nazar ini. Banyak pihak memanfaatkan momentum ini untuk 'menghabisinya'. Karena itu, kemampuan Anas dalam mengatasi kasua Nazar menjadi pertaruhan akan masa depan karirnya di bidang politik yang semula terang benderang.
Hasil yang diperoleh tim penjemput kali ini memang bisa bisa membantu apa-apa. Tetapi setidaknya, kesediaan Nazar menemui tim resmi DPP itu menjadi modal awal bagi Anas untuk menata kembali barisannya yang belakangan ini dihantam dari dalam partai maupun luar partai.