Inilah Curhat Lengkap SBY soal Bencana Politik Demokrat

Sabtu, 04 Juni 2011

Gonjang-ganjing di internal Partai Demokrat akhirnya memaksa Ketua Dewan Pembina, Susilo Bambang Yudhoyono, untuk turun langsung. Dalam sepekan lalu, sedikitnya SBY tiga kali mengumpulkan jajaran pimpinan DPP, terutama setelah beredarnya SMS gelap yang mengatasnamakan mantan Bendahara Umum, M Nazaruddin.

Diantara pertemuan-pertemuan tersebut, yang paling menentukan adalah rapat bersama pada Rabu (25/5/2011) malam, di kediaman SBY di Puri Cikeas Indah, Bogor. Dalam pertemuan yang dihadiri sekitar 200 pimpinan Demokrat itu, SBY menumpahkan semua kegelisahannya tentang partainya, termasuk mengenai kasus Nazaruddin.

Disini, SBY juga secara tidak langsung mengakui bahwa di dalam Demokrat memang terjadi faksionalisasi, yang disebutnya sebagai residu dari kongres di Bandung, tahun lalu. Berikut ini petikan arahan dan sekaligus curahan hati (curhat) SBY selengkapnya dalam acara tersebut.

"Pertemuan malam hari ini sebagaimana disampaikan Bung Anas Urbaningrum adalah pertemuan yang khusus bukan pertemuan reguler. Saya tahu di antara saudara tengah menjalankan tugas dan amanat dengan kegiatan yang padat. Tapi karena pertemuan malam ini penting saya terima kasih atas perhatian saudara semua.

Saya selaku Presiden, dalam bulan Mei ini agenda sangat padat, sejak selesai konferensi ASEAN kemarin sampai Juni ini kegiatan saya berada di suatu periode yang amat padat, para menteri tahu itu, tetapi saya menganggap pertemuan ini sangat penting sehingga harus dilaksanakan.

Saudara-saudara bagi yang dulu aktif berjuang sejak 2001 utamanya 2004 sampai 2009 tentu ingat saya jarang turun langsung seperti ini karena saya harus jalankan tugas mulia amanat rakyat di pemerintahan. Dulu juga ada masalah-masalah internal tapi saya pilih tidak sering turun, saya percayakan kepada DPP untuk menanganinya.

Periode ini pun saya hanya sekali-kali saja turun untuk memastikan partai kita berjalan. Kalau ada masalah kita intropeksi, evaluasi kita perbaiki petik pelajaran lalu melangkah ke depan.

Mengapa malam ini penting, pertama kita sedang alami musibah politik yang kalau keliru sikapinya sangat merugikan citra, nama baik partai kita dan mengganggu partai untuk menghadapi Pemilu 2014 dan ke depannya lagi.

Saya sebagai pembina partai melihat fenomena dan kecenderungan ada yang agak bergeser dari kultur nilai partai kita, maka saya ingin partai boleh berkembang, zaman boleh berubah tapi budaya partai, nilai yang dijalankan jangan ditinggalkan, diganti dengan prilaku politik yang lain. Yang menurut intuisi saya, observasi saya, pemikiran saya kurang baik untuk perjalan partai kita yang genap 10 tahun.

Niat saya baik untuk saudara semua, untuk partai kita, untuk bangsa dan negara. Maka kalau malam ini saya sampaikan dengan terbuka dan bahasa terang pahamilah lebih baik begitu daripada di antara kita tebak-menebak, saling curiga itu tidak baik. Lebih baik utuh kemudian bagaimana kita melangkah ke depan

Saudara sependapat dengan saya Partai Demokrat ke depan harus makin kuat dan besar. Dulu kita dirikan partai ini dari nol apa adanya dengan semangat keberanian. Bahkan kita alami pasang surut, Alhamdulillah Pemilu 2004 berhasil, 2009 lebih besar lagi, terima kasih kita kepada Allah SWT dan terima kasih kepada kader.

Tentu kembali lagi yang pertama kita ingin partai ini makin besar, kepentingan kedua tentu semua kader di daerah ingin pada Pemilu 2014 partai kita bisa sukses lagi, paling tidak sasaran kita sama dengan raihan 2009, syukur-syukur bisa lebih baik lagi.

Kepentingan ketiga, tentu kita semua ingin termasuk yang di DPR ingin selamat dan sukses. Selamat hadapi godaan, masalah, goncangan, tantangan. Sukses nama baik pribadi dan partai sehingga rakyat pilih kembali saudara dan partai kita kelak.

Kepentingan keempat saya sebagai kader partai yang dipercaya memimpin negara ini, saya juga mau selamat dan sukses bagaimana bisa membawa bangsa ini pada masa akhir bakti saya jadi lebih baik. Itulah kepentingan bersama kita, our common interest.

Kita harus tahu common interest itu, DPP, Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, DPD semua bersama perjuangkan tercapainya kepentingan itu. Pertanyaannya kemudian apa yang harus kita lakukan atau bagaimana caranya kepentingan itu kita wujudkan?

Sederhana sekali, pada jajaran kepengurusan partai DPD, DPC, PAC, ranting semua tunjukkan integritas dan kinerjanya baik. Lalu kedua, yang tugas di parlemen juga begitu integritas baik dan kinerja baik. Tampil dengan baik, sampaikan pendapat dengan baik, jawab pers dengan baik, keluarkan statement dengan baik, di mata daerah baik.

Lalu ketiga saya punya tanggung jawab yang sama, saya mau juga integritas saya sebagai Presiden roda pemerintah mencapai, roda pembangunan menjadi lebih baik, sederhana sekali.

Ingat ketika kita berjuang, kerja keras atasi masalah, lakukan perubahan, pembaharuan untuk partai kita, dunia politik di negeri ini tidak vakum, bukan ruang hampa yang kosong. Politik itu sungguh keras, kompetisi terjadi keras. Maksud saya lawan politik yang mau berkompetsi secara ksatria maupun yang tidak terus mengintip, menyerang dan sering menghajar kita di banyak forum lewat media dan wahana-wahana lain, itu dunia nyatanya.

Jangan dikira mereka diam, mereka tidak diam, mereka lakukan aktif, mungkin kita tidak perhatikan saja serangan membabi-buta lewat SMS, twitter, media internet semua itu bukan kebetulan. Itu terjadi, kita tahu sekarang itulah kerasnya politik di negeri ini.

Bayangkan jika kita gagal menjaga nama baik dan gagal tunjukan kinerja baik di mata rakyat Indonesia, kalau dua-duanya kita 'loose' integritas dan nama baik maka masa depan kita gelap. Cita-cita agar 2014 lebih baik dari 2009 bisa tidak diberikan jalan oleh Allah. Saya ingin menyoroti lebih lanjut kira-kira apa strategi, cara, aksi lawan politik kita. Supaya kita tidak 'innocent' lurus-lurus saja tidak tahu ditusuk dari berbagai sisi. Saya berharap semuanya paham dunia politik yang sedang saya utarakan pada malam hari ini.

Kita berpikir situasi politik mulai panas pada 2013, ini 2010 sudah panas, 2011 makin panas. Nah, pertama lawan politik kita akan serang kebijakan pemerintah, dengan kebijakan pemerintah diserang, kebijakan salah tidak prorakyat maka dua yang diruntuhkan yaitu satu SBY, kemudian dikaitkan dengan Partai Demokrat sebagai ruling party.

Serangan bertubi-tubi di DPR semua policy dihajar, diserang, yang ganjil kader Partai Demokrat yang mengerti 'when policy is attacked it will attack us' ikut menghajar keluar dari akal sehat, keluar etika, 'come on' dari mana etikanya? Dia larut, terbawa ikut menghajar, runtuh, bagai menggergaji tiang-tiang rumah kita, tinggal tunggu minggu ke depan atau bulan depan runtuh.

Mereka sistematis melalui media setiap malam dan kita ikut dalam arus itu, keliru besar. Tidak ada rooling party ikut menghajar kebijakan pemerintah. Tolong dengarkan betul apa yang saya sampaikan ini. Tertawa orang, saya bertemu kader partai lain bilang, 'Pak SBY kalau anak buah bapak di Komisi itu suka ikut kita saja.' saya bukan tipe yang suka buruk sangka, mungkin kader Demokrat merendah, pura-pura ikut tapi kalau itu benar terjadi merugi.

Makin dihajar policy, makin runtuh pemerintah, sehingga 2013, 2014 siapa yang mau dengar Demokrat, 'they'll choose another political party'. Yang kedua mereka terus cari dan cari, eksploitasi kesalahan kekurangan dan kelemahan Partai Demokrat, kader Partai Demokrat diekspose di media massa. Tiap hari ada, koran, tv yang headlinenya menghajar Demokrat dulu baru bahas yang lain. Hanya media yang dekat kita angle beritanya berbeda.

Masak saudara tidak rasakan semua? Saya baca headline-nya langsung mengerti kita dibuat supaya kita tidak populer di mata rakyat. Cara ketiga ada proses adu domba di antara kita, dibikin kontroversi bersifat internal, dipancing tanggapi satu kader di adu kader lain di blow up di media.

Bayangkan anggota Fraksi Partai Demokrat menyerang menteri dari Demokrat, sesama DPR sama-sama Demokrat saling diserang. Saya mengerti ini karena setiap hari staf khusus saya review 'issue of the day'.

Kalau ketiganya berhasil lawan politik, 'i dont know' barang kali saya tidak terlalu pintar tapi saya punya pengalaman 12 tahun di pemerintahan. Saya tahu lika-liku politik, ini dangerous jangan sampai ketiga ini kita lepas dan jebol. Intuisi saya karena pengalaman jatuh bangun dibanting, ditusuk, difitnah, dizalimi. Ayo jangan kita kena perangkap dan jebakan ini. Kalo ketiga ini bisa kita hindari saya yakin partai kita akan makin besar."
Malam ini, Saya ingin beri penjelasan lengkap berkaitan dengan musibah politik salah satu kader kita Muhammad Nazaruddin. Dengan penjelasan ini saya berharap saudara dapat mengerti utuh dan tidak perlu ada tafsir lain, persepsi lain sehingga meramaikan di media massa, di atas gendang orang lain. Khusus soal ini silent is gold. Apa yang saya sampaikan ini direkam, dan bisa saya pertanggungjawabkan kata per kata kepada Tuhan Allah SWT.

Sejak pertengahan tahun lalu ada informasi laporan kepada saya menyangkut sejumlah kader partai kita termasuk saudara Nazaruddin, ada sekitar 4 sampai 5 isu. Isu itu terkait dengan etika atau hukum, 4 isu itu urusan uang, dana dan anggaran. Saya dengarkan laporan informasi baik lisan atau SMS, surat. Saya diam. Kenapa diam? Karena saya pegang asas praduga tak bersalah, kalau saya reaktif makin banyak orang cari laporan.

Saya tidak reaktif karena saya ingat di negeri ini banyak fitnah yang beredar ke sana ke mari. Sampai beberapa minggu lalu ketika muncul berita seputar urusan yang ditangani Sesmenpora, fasilitas olahraga di Palembang yang menyebut-nyebut nama kader kita saudara Nazaruddin saya masih diam, belum bereaksi, belum komentar apapun. Meski sudah muncul di KPK, saya dpt komunikasi dari KPK, satu. Kemudian kedua, urusan Saudara Nazaruddin di MK maka saya uji apakah betul semuanya, betul sebagian atau semuanya tidak betul.

Saya gunakan sistem, saya gunakan AD/ART kita dimana yang berwenang tangani masalah ini adalah Dewan Kehormatan. Saya taat azas dalam mengelola partai, oleh karena itulah sistem bekerja.

Saya, Pak Anas, Pak Amir Syamsuddin, Pak Jero Wacik, dan Pak Mangindaan sebagai Dewan Kehormatan kami bekerja. Ketika kami sedang bekerja, saya terima 17 wartawan senior dari luar negeri, lupa saya kapan waktunya, lalu saya bertemu dengan wartawan senior, tokoh sebuah media massa terkenal di negeri ini datang kepada saya mengatakan, "Pak SBY, itu saya dengar MK akan keluarkan statemen berkaitan dengan apa yang pernah disampaikan kepada Pak SBY."

Itu siang hari saya dapat informasi, rencana sore ini statemen dikeluarkan MK. Saya langsung kontak Pak Mahfud MD soal itu. Saya bilang kalau tiba-tiba MK keluarkan statemen bunyinya sudah dilaporkan ke Demokrat tapi diam saja, SBY tidak bertindak akhirnya statemen MK digoreng ke sana kemari, tebang pilih dan sebagainya.

Kebetulan Ketua MK Pak Mahfud akan bertamu ke saya, di situ saya daripada secara sepihak kita tidak tahu apa, maka dikeluarkan statemen di situ. Itulah pertama kali munculnya urusan MK dengan saudara Nazaruddin. Apa yang dimaksudkan dengan Dewan Kehormatan bekerja? Tidak boleh sewenang-wenang, maka kami berlima, pertama mari kita pegang asas praduga tak bersalah. Kedua, ada sekian isu kami tanya kepada saudara Nazaruddin. Maka saya putuskan sekretaris berkomunikasi dengan saudara Nazaruddin, dia membantah semuanya.

Mendengar jawabannya, nalar saya bicara 1-2 titik harus diklarifikasi. Tapi tetap saja itu jawabannya. Lalu saya tugasi Pak Anas sebagai wakil ketua Dewan Kehormatan bertemu Bung Nazaruddin sekali lagi, sama jawabannya. Yang agak ganjil pertemuan Pak Amir dan Bung Nazar, Pak Anas dan Bung Nazaruddin, membawa "wah saya juga tahu yang tidak benar di Demokrat A,B,C,D, Si Ini, Si Anu."

Saya prihatin kok kesana kemari dan seterusnya. Tapi karena ini proses model saya, saya undang beliau-beliau itu, apakah betul? Tidak pak, tidak, tidak, tidak! Oke. Maka harus ada solusi, solusi bijak, di depan pers saya tidak pernah bilang Bung Nazaruddin pasti salah dengan KPK, dengan MK. Saya kakak dari junior-junior saya. Saya ayah di partai ini, ada proses hukum bisa dilakukan.

Prosesnya kalau salah diberi sanksi, kalau tidak salah tidak diberi sanksi. Kami olah solusinya, kami berlima diskusi ambil kesimpulan dan telaah konsistensi jawaban hasil kroscek dan lain-lain, memang harus ada solusi. Solusinya begini, kita ambil exit strategy yang baik.

Keberadaan Bung Nazaruddin di Partai Demokrat yang diguncang semua dikonotasikan dengan dana, uang, anggaran, biaya partai dan seterusnya. Bahasa umum, ada dana yang seolah mengalir ke partai berasal dari sumber yang tidak halal, seolah begitu terbukti atau tidak terbukti. Kalau yang bersangkutan masih bendahara umum tidak membawa kebaikan bagi dirinya. Bagaimana mau bekerja? yang kedua partai kita, "Ah dapat dana dari sumber yang tidak halal."

Saya ada posisi X yang tidak perlu dikemukakan, hakim pun ada keyakinan hakim berasal dari hasil pemeriksaan. Tapi demi martabat partai dan saya masih ingin letakkan Bung Nazaruddin, kader kita di posisi lebih baik. Maka lebih baik dibebastugaskan dari bendahara umum. Tapi sebagai anggota DPR tetap, tapi kalau bersalah tentu mekanismenya ada di DPR.

Kita mau solusinya begitu, nampaknya untuk pertemuan yang kelima kalinya kami ambil konsesus bukan voting, komunikasi Pak Anas dengan saudara Nazaruddin, menyatakan siap terima sanksi apapun demi partai asalkan bertemu dulu dengan ketua Dewan Kehormatan, saya, untuk menyampaikan apa-apa yang perlu disampaikan.

Saya tidak mau negosiasi, sebenarnya dalam pemerintahan saya baru selesaikan masalah koalisi, saya baru damaikan Kamboja dan Thailand. Sebetulnya saya bisa delegasikan masalah ini, tapi oke niat baik, saya terima Saudara Nazaruddin dalam sidang keenam Dewan Kehormatan. Ternyata Bung Nazaruddin berbeda dangan apa yang disampaikan tadi kepada Pak Anas.

Saya minta Bung Nazaruddin bilang, "saya siap diperiksa MK, KPK saya tidak terlibat, tidak bersalah tapi daripada diguncang terus kasihan partai saya, lebih baik saya tinggalkan jabatan saya untuk fokus hadapi proses hukum itu yang paling baik." Tapi yang bersangkutan tidak bersedia, oke.

Waktu berjalan, Dewan Kehormatan yang saya pimpin mengambil solusi, saudara Nazaruddin dibebastugaskan dengan alasan yg sama, itu yang terjadi setelah begitu panjang. Kami ingin selesaikan masalah dari yang awalnya diam sampai bekerja sesuai sistem. Satu hal yang saya sayangkan, pertemuan Dewan Kehormatan bocor, saya duga tahunya wartawan dari dalam Demokrat sendiri. Saya keluarkan teguran kepada semua yang hadir waktu itu walaupun saya tidak menuduh.

Saudara-saudara itulah duduk persoalan yang menimpa partai kita kasus saudara Nazaruddin, saya mau saudara Nazaruddin daripada hantam sana-sini, sudah maklum yang dihantam tidak akan diam, akan gugat balik, pencemaran nama baik, sudahlah fokus saja hadapi MK dan KPK. Partaipun akan beri bantuan, Bung Nazaruddin masih muda masih punya masa depan. Itu lihat gubernur Demokrat di Bengkulu, Bung Agusrin yang didakwa lakukan korupsi. Sebagai presiden saya tidak mungkin tidak izinkan diperiksa, tidak mungkin saya tebang pilih, kalau memang tidak bersalah 'go'. Sekarang bebas kita aktifkan kembali jadi gubernur.

Jadi front-nya di sana. Jangan serang sana sini yang jadi makin memperburuk partai kita. Saya berpikir 3-4 langkah ke depan supaya tidak jadi bulan-bulanan. Jadi dengarkan penjelasan saya ini, tidak ada korban-mengorbankan, tidak ada! Kalau bisa dibela, kita bela, tidak ada korban-mengurbankan! Bodoh sekali korbankan partai mencoreng partai kita. Inilah topik pertama pertemuan kita mengenai kasus saudara Nazaruddin.

Pada bagian kedua saya ingin sampaikan fenomena suatu kecenderungan yang harus kita sikapi secara baik. Di sini banyak kader yang berjuang sejak awal, dengan segala keterbatasan, kami mau bangun nilai kultur partai, ada Pak Vence Rumangkang, Pak Ahmad Mubarok yang berjuang sejak 2001.

Dulu bukan tidak ada konflik internal. Ada. Tapi, kita tahu batasnya, pasca Kongres Bali bukan tidak ada kekecewaan. Ada, tapi kita bisa lampaui. Sekarang mata hati saya melihat residu masalah pasca kongres di Bandung tampaknya masih hang on, masih ''arround, jangan, kita akhiri saja.

Kita tutup buku, ini sudah mau pemilu, sudah mau pemilu, sudah selesai semua, berjuanglah dengan baik, berikhtiar. Setelah selesai, ya selesai jangan ada kutub-kutub seperti masih kongres saja. Semua orangnya Demokrat, saudara orangnya SBY, SBY orangnya Demokrat.

Naluri saya, mata hati saya, katakan ada sisa-sisa residu itu. Semua masih punya opportunity ke depan. Saya sudah selesai saya tinggal doakan, tapi tentu saya punya kepentingan Demokrat makin berkibar, kadernya makin dapat tempat. Makanya residu itu kita akhiri, saling mengingatkan, pertama.

Kedua, kita kurang pandai menahan diri, obral pernyataan di pers, kiri, kanan, depan, sodok, tepuk tangan yang lain. Kalau sepakbola kalau gol ke gawang sendiri, bunuh diri, yang tepuk tangan lawan, bayangkan itu!. Jadi, tahan dirilah kita.

Ketiga saya yang lebih tua, lebih banyak makan garam dalam berjuang di partai dan di medan politik Indonesia, dengan penuh kecintaan saya sikap dan statemen kader Demokrat di luar, saudara keluarkan statemen di mana pun entah di mana, pada malam harinya itu saya sudah dengar. Jangan dikira saya tidak dengar, saya tidak marah tapi saya sedih dan doakan, 'Ya Allah kader kami yang agak nakal ini.' Bagaimana kalau didengar orang lain. 'Sudah lupakan SBY, kita maju sendiri, Demokrat bisa maju sendiri tanpa SBY.

Saya masih Dewan Pembina, masih Dewan Kehormatan, kalau saya sudah selesai nanti kalau dilempari puntung rokok saya paling hanya sedih, kok saudara sendiri berjuang 13 tahun setelah itu begitu. Menurut saya kepada siapapun janganlah menganggap saya dan yang lain masa lalu, Allah tidak akan berkahi prilaku seperti itu.

Saya doakan para kader termasuk yang muda-muda, saya tidak suka dikotomi, yang muda bisa berprestasi, begitu juga yang tua, setengah baya juga bisa. Kalau ada pernyataan dari kader muda Demokrat begitu saya sedih, bagaimana kalau orang mendengar.

Kultur Partai Demokrat di depan orang melecehkan senior, bagaimana yang lain dianggap apa? Ini kultur tidak baik, saling hormatilah, yang muda lebih hebat lebih brilian tapi bukan berarti yang tua tidak ada gunanya. Yang tua dorong yang muda harus regenerasi di negeri ini, tapi jangan dikotomi semua bisa prestasi.

Jadi tiga hal itu hentikan aliran jarak sewaktu kongres, mari tahan diri untuk tidak saling serang dan kemudian saling menghormati. Saya tidak minta apa-apa dari saudara, selesai emban amanah saya jadi rakyat biasa. Saya minta hormat-menghormati antara kita, kader ini saya anggap keluarga sendiri.

Yang muda adik saya, saya tidak pernah berpolitik ke dalam, tidak pernah, dosa, salah, kok bagaimana ayah politik ke anak ke istri. Kalau politik keluar ya, politik Indonesia ke dunia ya. Tapi kalau ke dalam tidak berpolitik, kalau ada masalah ke saya terbuka, kita carikan solusinya. Bagaimana laporkan apa adanya, jangan saya dibikin confused, gila, memangnya saya siasati, mungkin bisa saya siasati tapi saya dosa."

Tidak mungkin saya berpolitik ke dalam, oleh karena itu jangan berpolitik ke Dewan Pembina-nya. Saya bukan lawan saudara, aneh, lawan gimana. Saya masih bisa terima ada kader keluarkan statemen menghajar partai lain yang kurang ajar. Tapi kalau di antara kita hantam-menghantam lalu masuk koran walah tidak ngerti saya.

Ini belum apa-apa saudara-saudara. Jangan asyik ribut sendiri main politik internal. Ini 2011 kita harus kibarkan bendara tinggi-tinggi puncak perjuangan 2013, 2014. Di situ keluarkan segala ilmunya, semua siasatnya, tekadnya, seperti yang saya lakukan 2004, 2009.

Pemilu 2014 akan sangat keras, percayalah lihat saja nanti akan keras sekali. Semua mau habisi Demokrat, masak tidak bisa rasakan itu, Demokrat 'never again' itu semboyannya. Sekarang semua keliling Indonesia rival-rival kita itu. Ketika mereka begitu, masak kita sibuk ribut sendiri di dalam.

Jangan salah mengarahkan senjata, jangan salah kapan asah pedang, dan untuk apa pedang itu. Nanti kalau kita jago, hebat, pandai politik, nanti 2014 kita berpolitik di sana.

Sebagai penutup ada dua hal yang saya berharap saudara ketua umum dan yang lainnya pikirkanlah untuk tetapkan kebijakan pendanaan untuk membiayai kegiatan partai yang akuntabel, sistemik, yang bisa membiayai kegiatan partai dan tidak timbulkan masalah.

Jangan bebankan kepada 1-2 orang, terserah yang penting ada biayanya. Jangan! Ini organisasi modern ada manejemen, akuntabilitas, transparasi. Jangan besar pasak daripada tiang. Kalau mampunya segini ya kegiatannya segini. 2001-2004 punya apa? Kita jalan, lalu 2004-2009 punya apa? tetap jalan.

Makanya bikin kegiatan, planning yang terukur apakah itu raker, muswil, muscab atau kegiatan lainnya match-kan dengan APBN atau APBD, bikin kegiatan yang cerdas. Bisa keliru kita membebani kepada satu orang saja akhirnya mengambil cara yang keliru pula.

Mari pikirkan bagaimana kegiatan pendanaan itu. Begini, saya sedih kadang-kadang ada yang bilang, "Pak saya danai partai, uang saya dikorbankan habis untuk partai." Saya sedih. Pada 2004, 2009, partai kita biayanya sangat besar tapi semuanya jelas dan halal bisa dipertanggungjawabkan.

Saya tidak bilang itu karna Si Anu atau itu karena, tapi itu karena kita semua. Karena kita semua ikhtiar. Saya minta kader kita yang matang ke depan ini, jangan belum-belum, satu dua nanti terus sodok sana, sodok sini, tusuk sana, tusuk sini, kesana kemari berdarah-darah padahal tidak ada serius.

Pikirkan, bantu ketua umum untuk berpikir, kasih petuntuk, kasih guideline-nya Pak Anas bagaimana rencananya dengan baik. Bisa kok, kalau mampunya segini ya kegiatannya itu, kalau kegiatannya penting ya ikhtiar dengan cara yang benar. Biasanya dapat kok. Saya juga tahu dan berpikir pasti ada, tapi tata yang baik sehingga semua serba akuntabel.

Kemudian saya selama dua minggu bersama istri, Ibu Ani, banyak sekali dapat informasi dari daerah, kader kita terus terang mengalami demoralisasi. "Pak SBY bagaimana kami jadi bulan-bulanan di daerah, dihina, diserang. Bagaimana? Apa jawaban yang harus kami berikan?" Jadi jangan dikira kejadian di Jakarta, mereka tidak kena imbasnya. Bahkan secara khusus mereka minta saya bertindak agar mereka bisa jelaskan kepada rakyat.

Berkaitan dengan itu, saya dan istri manusia biasa, banyak kekurangan dan kelemahan sebagai manusia biasa. Kadang kalau dengarkan statemen 1-2 kader yang tadi itu, "Tidak usah dengan SBY, Demokrat bisa maju sendiri." Kami sebenarnya juga tidak harus aktif, supaya saya bisa fokus di pemerintahan ini. Supaya kalau pemerintah sukses partai juga sukses.

Jadi sebagai manusia biasa, saya dan Ibu Ani maunya fokus. Tapi kami sepakat menyayangi partai ini. Di negara lain di term kedua mereka tidak berlanjut, seperti di Amerika Serikat, Presiden Bush selesai tidak ikut-ikutan lagi. Itu McCain yang melawan Obama, demikian juga politisi lainnya yang sudah jatuh tempo.

Jadi 2014 saya tidak harus aktif kalau memang sebagian kader tadi sudah meyakini tidak perlu saya lagi. Tapi saya bersama istri bertekad diperlukan atau tidak diperlukan pada 2014 Demokrat tetap harus berkibar. Saya seperti ini jangan dianggap saya mengada-ada. Baca niat saya untuk sukses, baca keinginan saya. Saya begini tidak tahu rencana Allah apakah kader kita yang jadi presiden kelak, kita tidak tahu. Sekarang masih sulit diprediksi.

Dalam hati saya sebagai Ketua Dewan Pembina, kalau yang jadi presiden bukan kader Partai Demokrat dan Demokrat masih bisa di pemerintahan, lebih baik tetap di pemerintahan. Karena kita sudah 10 tahun, apalagi kalau kader kita yang jadi presiden.

Saya pun memikirkan what's next setelah saya selesai jadi presiden. Kalau saya egois good bye. Tapi saya mau urun baik bagaimana baiknya dengan pemimpin baru. Kalau mau jadi oposisi atau pemerintah, kalau saya, kalau masih bisa ikut pemerintah lebih baik ikut pemerintah, baik di pusat atau daerah. Ini pendapat saya, tapi terserah nanti ketua umum yang baru dan pembina yang baru nanti, tapi kita lihat saja.

Apa sekarang sudah bisa diketahui siapa presidennya? Partai lain yang seperti sudah selangkah lagi itu apa sudah pasti jadi presiden? Kan belum juga. Jadi, mari berjuang habis-habisan siapa tahu kader kita yang kita usung yang jadi presidennya.

Nah, agar bisa mengusung maka syaratnya partai harus bagus. Agar partai bagus ya penyakit-penyakit tadi harus kita hilangkan. Itu saja. Setelah ini saya harap Pak Anas punya forum sendiri ajak bicara DPP, Dewan Pembina, kemudian kita bertemu lagi tapi sudah dengan kira-kira apa pikiran saudara semua setelah bertemu itu.

Untuk apa? Bukan untuk yang tadi bermasalah itu. Yang tadi, sudah tutup buku saja. Kalau ada yang punya komunikasi dengan saudara Nazaruddin bagaimanapun kader kita masih anggota DPR dari Partai Demokrat. Ajak bicara baik-baik dengan demikian apa yang jadi solusi, benar solusi baik untuk kita. Demikian saudara, selamat berjuang.

Artikel Terkait:

SPORT